- Semua
- Anggaran Responsif Gender
- Data & Analitik
- disabilitas
- disabilitas intelektual
- down syndrome
- GEDSI
- inklusi sosial
- Keuangan Publik
- sindrom down
- SPM
- Standard
- Top 10

Di tengah modernisasi, lansia sering terpinggirkan dan dianggap "beban." Banyak yang berjuang sendiri, bahkan masih harus menopang keluarga. Namun, semangat juang tak pernah padam, seperti Alex Vadan (68), seorang petani sagu dari Papua Barat Daya, yang terus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Kisah inspiratif ini menggarisbawahi pentingnya PAITUA, program perlindungan hari tua dari pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, yang didukung Program SKALA. PAITUA adalah bukti bahwa kolaborasi bisa memberdayakan lansia, mengubah stigma, dan membangun masyarakat yang lebih kuat.

Menjadi tua adalah bagian alami dari hidup, dan lansia bukanlah sekadar objek, melainkan subjek pembangunan yang berdaya. Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi pelopor masyarakat ramah lansia lewat Rencana Aksi Daerah Lanjut Usia (RAD Lansia). Untuk mewujudkan masyarakat ramah lansia ini, kolaborasi lintas sektor sangat penting. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Keuangan dan Bappenas, menunjukkan komitmen nyata dalam meningkatkan kesejahteraan lansia melalui berbagai kebijakan perlindungan sosial, layanan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.

Kolaborasi pemadanan data sosial-ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan bagaimana integrasi DTKS, P3KE, dan Regsosek dapat meningkatkan ketepatan program bantuan sosial, mengurangi duplikasi, dan memperluas jangkauan layanan bagi masyarakat miskin dan rentan. Didukung oleh Program SKALA, inisiatif ini memperkuat transparansi, efisiensi, dan kepercayaan publik melalui validasi data hingga tingkat desa serta pemanfaatan sistem SEPAKAT dalam perencanaan pembangunan. Keberhasilan NTT menjadi contoh praktik baik menuju terwujudnya Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai fondasi kebijakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.