Program Magang SKALA: Membekali Talenta Muda untuk Kerja Sama Pembangunan Inklusif

11/07/2025

Dara Callista Amanda tidak pernah membayangkan bisa terpilih sebagai salah satu peserta magang di program SKALA. Sebagai penyandang disabilitas fisik dan penglihatan, ia mendapat kesempatan untuk melihat langsung bagaimana pendekatan inklusi disabilitas diterapkan dalam proses kebijakan publik.

“Melalui kegiatan magang ini, saya belajar tentang cara kerja jaringan masyarakat sipil dan bagaimana mereka berinteraksi dengan Pemerintah Kalimantan Utara,” ujarnya. 

Dara adalah satu dari tujuh peserta program magang SKALA angkatan ketiga yang berlangsung dari Mei hingga Juli 2025. Ketujuh peserta ini terpilih dari 805 pendaftar – mahasiswa dan lulusan baru dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia – melalui proses seleksi yang ketat. Lima peserta ditempatkan di Jakarta, satu di Maluku, dan satu lagi di Kalimantan Utara. Memasuki tahun kedua pelaksanaannya, animo terus meningkat: 506 pendaftar tercatat pada angkatan pertama, 707 pada angkatan kedua, dan mencapai jumlah tertinggi pada angkatan ini. 

Pada Selasa, 24 Juni 2025, seluruh peserta mengikuti sesi penyambutan dan berbagi pengetahuan yang berlangsung secara hybrid bersama tim Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Mereka disambut oleh Konselor Menteri untuk Tata Kelola dan Pembangunan Manusia Tim Stapleton, bersama Konselor (Plt.)  Sophie Roden, dan Unit Lead Tata Kelola Desentralisasi Astrid Kartika. Sesi ini menjadi kesempatan penting untuk bertanya, belajar, dan melihat lebih dekat kemitraan jangka panjang Australia–Indonesia, serta bagaimana pengalaman ini dapat membekali mereka untuk berkontribusi dalam kerja sama bilateral. 

Diplomasi Dimulai dari Ambang Pintu 

Dalam sesi yang berlangsung selama dua jam ini mengemuka dua isu utama: pentingnya kemitraan antara Australia dan Indonesia, serta keterampilan yang perlu diasah oleh para peserta magang. Para peserta tertarik mengetahui lebih jauh tentang bagaimana kemitraan bilateral Australia – Indonesia, melalui program pembangunan internasional, membawa manfaat bagi kedua negara. Menanggapi hal tersebut, Minister Konselor Tim Stapleton menekankan bahwa kedekatan geografis serta kepentingan bersama di kawasan Asia-Pasifik menjadikan kemitraan antara Indonesia dan Australia semakin strategis. 

“Indonesia ibaratnya berada di depan pintu kami. Sebagai tetangga, Australia ingin Indonesia berhasil. Australia ingin memastikan kawasan ini stabil dan sejahtera. Hal ini dapat dicapai melalui kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk dengan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil,” ujarnya. 

Melalui Program SKALA, Pemerintah Australia bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia untuk mendorong tata kelola yang efektif, berbasis bukti, dan inklusif. Tim Stapleton menambahkan bahwa pendekatan ini menjadi bagian penting dari kemitraan kedua negara. 

“Dulu, bantuan disalurkan melalui pendekatan tradisional antara negara donor dan penerima. Tapi kini, terutama dalam konteks Australia dan Indonesia, pendekatannya mulai bergeser. Kami semakin menekankan kerja kolaboratif, seperti pada Program SKALA yang dirancang bersama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pendekatan ini membutuhkan cara kerja yang lebih kompleks, yang biasanya tidak kami terapkan di negara lain,” tambahnya. 

Ruang Inklusif dan Multidisipliner untuk Semua Keahlian 

Dalam sesi tersebut, Astrid Kartika bersama tim Unit Tata Kelola Desentralisasi berbagi pengalaman tentang apa saja yang dibutuhkan untuk berkarier di sektor pembangunan internasional. Astrid telah berkecimpung di sektor ini selama lebih dari dua dekade. Perjalanannya di sektor ini merupakan perpaduan antara kesempatan, semangat, dan keberanian untuk mencoba. Pengalamannya bekerja di berbagai badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan kemudian di Kedutaan Besar Australia memperkuat pemahamannya akan karakter multidisipliner sektor ini. Hal ini adalah peluang yang dapat dimanfaatkan peserta magang saat merancang arah karier mereka. 

“Sektor pembangunan internasional adalah ruang multidisipliner di mana orang-orang dari berbagai latar belakang bisa berbagi keahlian dan minat mereka. Pengelolaan dan penyediaan program pembangunan internasional dibentuk oleh beragam elemen. Contohnya, Tim Operasional sebagai tulang punggung pelaksanaan program membutuhkan tenaga ahli di bidang TI, keuangan, SDM, serta pengadaan barang dan jasa . Tanpa mereka, program tidak bisa berjalan. Ruang ini terbuka bagi semua jurusan, asalkan memiliki komitmen,” ujarnya.

Memahami komunitas dan konteks lokal adalah keterampilan penting yang perlu dimiliki peserta magang. Dalam sesi diskusi, peserta didorong untuk melihat lebih dekat bagaimana program dijalankan di lapangan. Pendekatan ini membantu mengembangkan perspektif yang lebih tajam dan menciptakan solusi yang didasarkan tidak hanya pada teori, tetapi juga pada pengalaman nyata. 

Bagi ketujuh peserta magang SKALA, pengalaman ini menjadi perkenalan awal terhadap cara kerja diplomasi, sekaligus membuka wawasan tentang hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif. Atika Aulia Adharini, yang ditempatkan di Maluku, kini lebih memahami kompleksitas birokrasi. Salsabilla Aulia, mahasiswa Sistem Informasi yang magang di tim Knowledge Management, melihat bagaimana kemampuan multidisipliner yang didukung teknologi dapat diterapkan untuk menyokong kinerja pemerintah dan, pada akhirnya, memberikan dampak nyata pada masyarakat. Meski memiliki latar belakang dan sudut pandang yang berbeda, ketujuh peserta magang ini membawa pulang satu pelajaran yang sama. Seperti disampaikan oleh Ihsan Hidayat, peserta magang di tim Public Financial Management:

“Yang paling penting adalah kemampuan beradaptasi, kemauan untuk terus belajar, dan kerendahan hati untuk tidak merasa paling tahu segalanya.”  

Melalui tujuh talenta muda ini, Pemerintah Australia – melalui SKALA – menyiapkan angkatan kerja masa depan yang terampil dan memiliki kesadaran akan pentingnya inklusi. Mereka diharapkan menjadi pemimpin generasi baru yang memperkuat upaya-upaya pembangunan berkelanjutan. 

Sinergi dan Kolaborasi untuk Akselerasi Layanan Dasar (SKALA) adalah Program Kemitraan Australia-Indonesia untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dengan meningkatkan penyediaan layanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan di daerah tertinggal.

HUBUNGI KAMI

Sinergi dan Kolaborasi untuk Akselerasi Layanan Dasar (SKALA) adalah Program Kemitraan Australia-Indonesia untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dengan meningkatkan penyediaan layanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan di daerah tertinggal.

HUBUNGI KAMI

SKALA dikelola oleh 

SKALA @ Copyright 2023